Perihal Waktu

M Ghaniey Al Rasyid
3 min readApr 24, 2024

--

Selepas adzan ashar Kampung Batik Laweyan ramai dengan pengunjung. Mereka memakai pakaian yang cukup santai galibnya seorang pelancong. Sebuah jarik lurik berwarna coklat membebat paha sampai lutut. Kaos berwarna serba cerah dipakainya. Sebuah kamera yang sudah dilengkapi oleh tali pengait, bergalantungan di lehernya. Tak lupa topi laken berbahan corduroy dipakainya.

Suara jepretan kamera membidik sebuah obyek. Raut muka cukup bahagia, sembari menatap kamera. Salah satu dari mereka juga memotret. Namun raut mukanya datar sembari mengempaskan kamera kemudian dibiarkan bergelantung membentur dada. Dengan wajah yang sumringah dan sedikit mengejek, ia menunjuk layar kamera sembari tertawa.

Kiwari penggunaan kamera analog cukup digemari oleh beberapa orang. Nilai estetik untuk menancapkan roll film dan mengokangnya seperti mengisi senapan dengan selongsong peluru. Suara benturan roll film dan kait pengikat di dalam kamera membikin pecinta kamera cukup bahagia ketika memilih kamera analog.

Jenis kamera yang dipakai pelancong itu seperti iklan kamera di Majalah Tempo 21 Mei 1983. Kamera Fujica MPZ 105 XN terpampang cukup menarik. Kilau cahaya matari sore membuat badan kamera sedikit berkilau. Bentuk tubuhnya yang tambun hampir mirip dengan kamera-kamera hari ini. Di masanya, kamera Fujica MPZ 105 XN sudah menggunakan sistem SLR (Single Lens Reflect). Singkatnya daya lihat lensa SLR itu sesuai dengan hasil potret. Ketika salah satu mata menempel ke kaca di bagian belakang kamera, kemudian mata menilik obyek yang akan foto, proses melihat dan hasil foto tidak memiliki perbedaan alias sama.

Beda halnya dengan kamera non-SLR, sebuah kaca bening untuk membidik yang dilihat pemotret tidak sama dengan hasil foto ketika roll film sudah di cuci seperti kamera-kamera yang berada dibawah Fujica 105 XN. Fujica 105 XN membubuhi kata ‘New’ yang berarti baru. Fujica yang diproduksi oleh Fujifilm itu menawarkan sebuah terobosan baru dalam dunia potret dari beberapa produk kamera yang telah dibuat.

Keunggulan lensa berjenis SLR membuat pemotret dapat bereksplorasi lebih dalam dalam memotret sebuah obyek. Di sebelah kanan tombol kokang ada sebuah tombol yang dapat digunakan untuk memilih opsi tampilan dalam memotret seperti; Tele, wide, angle, dan zoom. Kamera dengan lensa SLR itu mempermudah pemotret walaupun hasil foto harus tetap dioalah di tempat development untuk mengolah roll film menjadi foto.

Tak hanya mengiklankan kamera, Fuji juga mengiklankan roll film yang berkelir hijau, merah dan corak putih. Roll film Fujicolor F-11 itu memiliki kapasitas sebanyak 36 foto. Kecanggihan kamera Fujica tanpa didampingi sebuah Roll Film, sama saja nihil. Kamera manual atau analog tanpa sebuah roll film seperti kendaraan tanpa bahan bakar.

Bagi pengguna kamera analog, harga satu roll film dengan kapasitas tiga puluh enam, bisa didapatkan dengan harga Rp. 150.000 — Rp. 200.000,-. Harga yang cukup menarik namun pengguna kamera analog masih saja tetap eksis. Aplikasi Instagram memudahkan siapapun berbagi kabar melalui foto. Salah satu akun bernama SOLEILETLUNEID mempromosikan dan menggaet siapapun yang masih menggunakan kamera analog.

Di toko online, beberapa kamera analog masih tertera. Walaupun kamera itu bekas, namun kamera itu memantik beberapa sorot mata untuk memilikinya. Mulai dari ratusan ribu hingga jutaan, kamera analog masih diperjualbelikan dengan kondisi bekas. Mengenai barang tua dan langka, cara pengelolannya pun cukup sulit. Kerusakan riskan mengidap di tubuh kamera analog. Di Surakarta tepatnya di Jagalan, Jebres, seorang mekanik handal masih setia menerima reparasi kamera analog.

Kamera menarik perhatian penggunanya. Segala kamera baik manual atau otomatis para pengguna berhak memilih. Kamera bukan saja untuk merekam sebuah kejadian atau peristiwa, namun barang itu ketika dipegang oleh penggunanya, memori seakan ditarik kebelakang menelisik realitas yang pernah dijajaki. Sekian.

--

--

M Ghaniey Al Rasyid
M Ghaniey Al Rasyid

No responses yet